Friday, December 21, 2012

Museum Brawijaya

Suasana Museum Brawijaya yang terletak di Jalan Ijen 25A ini sehari-harinya tampak lengang dan hanya terlihat beberapa tentara yang berjaga di pos depan.  Namun sebenarnya museum ini menyimpan cukup banyak koleksi dan informasi tentang penggalan sejarah perjuangan rakyat Indonesia khususnya Jawa Timur dalam melawan kaum penjajah. Semua benda-benda militer seperti persenjataan dan juga kendaraan-kendaraan lapis baja yang menjadi pajangan di depan museum, adalah salah satu bukti dari perjuangan dan kegigihan bangsa Indonesia untuk dapat terlepas dari cengkeraman tangan penjajah.



Tank di depan museum

Sebelum masuk ke halaman depan museum, di depan pagar masuk, di tepi Jalan Ijen, terdapat sebuah kendaraan jenis “Tank” hasil rampasan arek-arek Suroboyo pada bulan Oktober 1945.
Patung Jendral Sudirman
Di depan Gedung Museum ini terdapat kolam cukup besar yang berisi ikan-ikan air tawar serta beberapa bunga teratai yang mengambang di atasnya. Patung Jendral Sudirman akan menyambut kedatangan kita sebelum melangkah masuk melalui jembatan di atas kolam tersebut.
Dengan tiket masuk seharga Rp 2500,oo kita sudah bisa memasuki ruang lobby museum yang cukup luas. Di sebelah kanan dari pintu masuk ada cafetaria dan beberapa buah buku tentang Museum dengan harga Rp 9000,oo.


Suasana "Lobby" Museum Brawijaya

Di tembok disepanjang lobby ini terdapat dua buah relief yang cukup besar yang berisi tentang wilayah kekuasaan Majapahit dan daerah-daerah tugas yang pernah didiami oleh pasukan Brawijaya.


Sebagian Koleksi di Ruang I

Di Ruang I benda koleksi yang paling mencolok adalah sebuah mobil sedan keluaran Pabrik Desoto USA tahun 1941 yang pernah digunakan Kolonel Sungkono Panglima Divisi I / JawaTimur 1948; serta satu set meja kursi yang digunakan untuk perundingan penghentian tembak menembak (gencatan senjata) antara TKR/pejuang dengan sekutu di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1945.


Mobil sedan keluaran Pabrik Desoto USA & Meja kursi yang digunakan untuk perundingan

Pihak Indonesia diwakili oleh Bung Karno dan Bung Hatta, sedangkan pihak Sekutu diwakili oleh Mayjen Havtorn dan Brigjen Mallaby. Di Ruang ini pula terdapat beberapa lukisan tentang perjuangan yang sebenarnya begitu indah hanya, maaf, kurang terawat, sehingga lukisan-lukisan tersebut tampak kusam dan kurang menarik. Detail isi dari Ruang I ini bisa anda KLIK DISINI


Badge dan Piala-piala

Di Ruang II, selain berisi koleksi piala-piala dan senjata-senjata yang sekali lagi, maaf, agak berdebu, terdapat beberapa mesin hitung dan komputer kuno.


Mesin Hitung dan Komputer Kuno

Tidak seperti laptop yang mudah dijinjing dan dioperasikan dimanapun, komputer-komputer ini berukuran sangat besar dan terbuat dari besi utuh dengan berat puluhan ton. Kami sebenarnya begitu ingin tahu tentang cara pengoperasian komputer ini, namun kami belum menemukan sumber yang pasti. Detail isi dari Ruang II ini bisa anda KLIK DISINI


Gerbong Maut

Di halaman tengah museum yang cukup luas terdapat Gerbong Maut dan Perahu Senggigir yang masih utuh. Untuk detail dari kedua benda koleksi ini bisa anda KLIK DISINI


Bagian atas museum & Perpustakaan Umum dilihat dari museum

Sementara bagian atas dari Museum ini dibiarkan kosong begitu saja, namun dari sini kita bisa memandang sebagian wajah dari Jalan Ijen dan Perpustakaan Umum Malang.
Sebagian besar dari kita mungkin sudah lahir di zaman merdeka. Kita tidak merasakan pahit-getirnya mengibarkan sang saka merah putih. Kita tidak merasakan bagaimana hidup dalam kekuasaan penjajah. Kita hanya tahu perjuangan bangsa Indonesia melalui buku-buku dan media-media yang begitu mudah didapatkan namun tidak bisa dirasakan. Sang saka merah putih perlahan-lahan kehilangan maknanya. Begitu sulitnya membentuk jiwa nasionalis di zaman modern sekarang ini. Karena itu tujuan museum ini didirikan supaya masyarakat bisa mengenal dan mengenang sejarah perjuangan bangsa Indonesia khususnya rakyat Jawa Timur sejak tahun 1945. Usaha pendirian museum militer ini sudah dilakukan sejak tahun 1962 dan diprakarsai oleh Brigjen TNI (Purn) Soerachman (Mantan Pangdam VIII/Brawijaya tahun 1959-1962).
Sdr. Martha, seorang pemilik Hotel di Tretes Pandaan, rupanya memiliki kepedulian yang cukup besar terhadap jerih payah para pejuang, maka beliau menyatakan kesanggupannya untuk menanggung biaya pembangunan gedung museum, sedangkan pemerintah daerah Kota Madya Malang, menyediakan lokasi tanah yang terletak di Taman Indrakila (sekarang Jl. Ijen 25A Malang) seluas kurang lebih 10.500 m2 dengan luas gedung pameran, perpustakaan dan perkantoran kurang lebih 3.200 m2.


Alat telekomunikasi & koleksi alat musik

Pelaksanaan pembangunan gedung Museum Brawijaya arsitekturnya diserahkan sepenuhnya kepada Zidam VIII/Brawijaya dan dipercayakan kepada Kapten Czi Ir. Soemadi yang akhirnya dapat dilaksanakan pada tahun 1967 sampai dengan tahun 1968.
Berdasarkan Keputusan Pangdam VIII/Brawijaya nomor Kep/75/IV/1968 tanggal 16 April 1968 maka Museum Brawijaya diberi nama “Citra Uthapana Cakra.”
  • Citra : Sinar, Cahaya.
  • Uthapana : Yang membangun/membangkitkan.
  • Cakra : Kekuatan/semangat.
Jadi secara keseluruhan Citra Uthapana Cakra dapat diartikan sebagai “Sinar yang membangkitkan semangat/kekuatan”.
Pada tanggal 4 Mei 1968 gedung Museum Brawijaya diresmikan dengan upacara resmi. Dalam upacara tersebut, Pangdam VIII/Brawijaya menunjuk Kolonel (Purn) DR. Soewondo (Mantan Pangdam VIII Brawijaya pada tahun 1952) untuk mewakili pini sepuh keluarga besar Brawijaya dan bertindak sebagai Inspektur Upacara yang juga dihadiri oleh Pangdam VIII Brawijaya Mayjen TNI M. Yasin beserta keluarga besar Brawijaya.


Koleksi senjata

Setelah pelaksanaan reorganisasi Bintaldam VIII Brawijaya dan likuidasi Jarahdam VIII Brawijaya ke dalam fungsi Bintal pada tahun 1986, maka terbentuklah organisasi baru Bintaldam V Brawijaya sehingga Museum Brawijaya berada di bawah Komando Bintaldam V Brawijaya.
Secara garis besar Museum Brawijaya dibagai menjadi empat bagian yaitu: Ruang Lobby, Ruang I, Ruang II, dan Halaman Tengah Museum yang berisi Gerbong Maut dan Perahu Senggigir. Sedangkan bagian atas dibiarkan kosong begitu saja.


Deretan foto-foto & penghargaan

Keterangan lebih detail tentang seluruh koleksi benda di Museum ini bisa anda KLIK DISINI
Menurut buku berjudul “Sekilas Mengenal Museum Brawijaya Malang” yang dijual seharga Rp 9000,oo di Museum; peranan Museum Brawijaya bagi masyarakat adalah:
  1. Sebagai media pendidikan.
  2. Sebagai tempat rekreasi.
  3. Sebagai tempat penelitian ilmiah.
  4. Sebagai tempat pembinaan mental kejuangan dan pewarisan nilai-nilai 1945 dan TNI 1945 bagi prajurit TNI dan masyarakat umum.
  5. Sebagai tempat pembinaan mental kejuangan dalam rangka pembinaan wilayah.
Sementara tugas museum adalah:
  1. Mengumpulkan/memperoleh benda-benda koleksi.
  2. Meneliti, mempelajari, mencatat benda koleksi.
  3. Memelihara dan mengawetkan benda-benda koleksi.
  4. Memamerkan benda koleksi.
  5. Meneruskan pengetahuan tentang koleksi kepada pengunjung.
Semoga apa yang tertulis dalam buku tersebut dapat benar-benar dihayati dan dilaksanakan sehingga museum in benar-benar dapat menjadi sumber dan sarana masyarakat dalam mempelajari dan memahami tiap tetes darah yang dikorbankan para pendahulu negeri ini.

0 comments:

Post a Comment