Thursday, January 5, 2012

Candi Telih, Tajuk Padang Ilalang Punggung Gunung Arjuno

Di antara semua candi yang tersebar di kawasan Malang Raya, Candi Telih adalah satu-satunya candi yang paling tidak populer. Candi peninggalan Kerajaan Singosari ini terpencil di tengah padang ilalang punggung timur Gunung Arjuno. Secara administratif kawasan ini masuk wilayah Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari. Ada beberapa jalur perjalanan menuju Candi Telih, yaitu melalui Kecamatan Singosari atau melewati Kecamatan Karangploso.

Tim Pesona Malang Raya memilih lewat Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso. Jalan membujur dari selatan ke utara di Desa Tawangargo beraspal, diteruskan dengan jalan makadam melintang ke timur melintasi lokasi Wisata Ritual Gunung Mujur menuju Kampung Bontoro, Desa Ngenep dan Dukuh Sumbul, Desa Gunungrejo. Pada musim kemarau jalan berbatu ini bisa dilalui kendaraan beroda dua dan kendaraan beroda empat. Tetapi pada musim penghujan di sepanjang jalan dipenuhi kubangan lumpur.
Camping Ground Tawangargo • Jalan menuju Candi Telih saat musim hujan

Pada hari libur dan hari Minggu rute ini menjadi jalur favorit trail adventure. Setelah tiba di Gunung Mujur, kami menitipkan kendaraan pada satu-satunya warung di situ dan memilih melanjutkan perjalanan ke timur dengan berjalan kaki. Jembatan berumur setengah abad yang oleh masyarakat sekitar disebut “Buk Ken Angrok” kami lewati. Tidak berapa lama sampailah Tim Pesona Malang Raya di persimpangan jalan yang ditandai sebuah tugu berbentuk limas terpancung. Penduduk setempat menyebut tugu ini “Tugu Ken Dedes”. Bangunan ini dindingnya dihiasi ornamen bunga, angka tahun 1958, dan bertuliskan aksara Jawa “Munggah Gapura Ngesdha Janma”.
Buk Ken Angrok • Tugu Ken Dedes











Jalur ke arah utara sepanjang sekitar lima kilometer dimulai dari tugu ini merupakan ruas perjalanan cukup menantang yang menghantar kita menuju Candi Telih. Di kejauhan terlihat Bukit Pusung Lading diselimuti permadani ilalang.
Bukit Pusung Lading

Hamparan hutan pinus diselingi ladang tomat dan cabai menemani perjalanan kita di awal etape ini. Di beberapa bagian dihiasi pula oleh palem hutan, pokok-pokok pakis dan deretan pohon puspo dengan bunganya yang putih bermekaran. Pada separuh etape yang terakhir kita memintasi padang ilalang dengan jalan setapak yang cukup terjal. Tanjakan-tanjakan di beberapa bagian memaksa Tim Pesona Malang Raya untuk berhenti dan beristirahat sejenak. Setelah memakan waktu sekitar dua setengah jam kami sampai di tikungan tajam mendaki berujung di dataran yang dipenuhi perdu pohon akasia.
Di dataran menghadap  timur di tengah padang ilalang ini, Candi Telih terasing membisu hampir delapan abad lamanya. Sejauh mata memandang sampai dengan kaki langit terlihat hamparan kawasan Singosari dan tlatah Malang Raya.

Tempat ini sama sekali tidak berpagar, luasnya kurang dari 400 meter persegi. Tidak ada satupun papan penanda yang menunjukkan lokasi ini sebagai kawasan cagar budaya yang dilindungi. Kami masuk dari akses jalan yang berada di sudut barat daya, sedangkan di sudut timur laut merupakan jalan masuk dari arah Wonokoyo, Kecamatan Singosari. Di sebelah selatan berdiri sebuah gubuk dengan dinding dan atap berbahan jerami yang tampaknya belum terlalu lama dibangun.
Kondisi candi pertama













Dua bangunan candi menghadap ke timur dengan posisi segaris berada di tengah pelataran. Bangunan di depan tingginya dua meter, merupakan kumpulan fragmen candi yang ditumpuk asal-asalan. Di belakangnya terdapat undak-undakan dari batu alam menuju lokasi yang lebih tinggi, tempat bangunan candi kedua berdiri. Tinggi bangunan candi kedua 186 centimeter, panjang 250 centimeter, dan lebarnya 110 centimeter. Badan candi dalam kondisi masih utuh, tetapi puncaknya tinggal separuh. Dinding belakang bangunan candi rata tanpa ornamen.
Candi kedua; Tampak depan • Tampak belakang

Mengamati wujudnya, mungkin sekali candi ini dibangun sebagai altar persembahyangan. Tidak terdapat arca satupun di lokasi ini. Tetapi bagaimanapun juga keadaannya kini, perjalanan ke Candi Telih menyempurnakan imajinasi kita pada kejayaan Kerajaan Singosari di masa silam dan menikmatinya merupakan pengalaman spiritual penuh makna.

Sumber: http://pesonamalangraya.com

1 comments:

selimut said...

tempat wisata yg menarik, cuma sayang aksesnya terkesan agak sulit ya. Jalannya msh seadanya...

Tuesday, August 18, 2015

Post a Comment