Friday, December 21, 2012

Museum Malang Tempo Doeloe


TEMPO.CO, Malang - Jumlah museum di Kota Malang bertambah setelah Museum Malang Tempo Doeloe (MTD) diresmikan. Peresmian museum milik Dwi Cahyono, Ketua Dewan Kesenian Malang yang juga Ketua Yayasan Inggil, ini dihadiri oleh sejumlah pejabat musyawarah pimpinan daerah, Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur Aris Soviyani, Dewan Pakar Badan Pelestarian Pusaka Indonesia Eka Budianta, pengusaha biro perjalanan dan pimpinan maskapai, serta para seniman.

Dwi mengatakan, pendirian museum ini sudah dirintisnya sejak 1996. Namun, gagasan besar ini beberapa kali gagal. Beberapa pihak yang diajak bermitra mundur, sampai akhirnya ia sendiri yang membiayai seluruh pengerjaan museum itu mulai Maret 2012. Sedikitnya ia merogoh kocek Rp 1,5 miliar.

Alhamdulillah, baru tahun ini bisa terwujud," kata Dwi, Senin petang, 22 Oktober 2012. Menurut dia, museum ini juga menjadi kado istimewa bagi ulang tahun pernikahan emas (50 tahun) orang tuanya. Dwi adalah putra pasangan H Abdul Madjid dan Hj Nur Sriati. Ibunda Dwi adalah pemilik restoran Rawon Nguling, Probolinggo.
Koleksi benda bersejarah di Ruang
Museum MTD beralamat di Jalan Gajah Mada 2, persis di belakang balai kota dan bersebelahan dengan Rumah Makan Inggil, restoran berkonsep museum kepunyaan Dwi. Dibuka tiap hari sepanjang pukul 08.00 sampai 17.00, pengunjung umum dikenai tiket masuk Rp 25 ribu, dan Rp 10 ribu bagi pelajar.

Ia mengawali penyelamatan 72 arca yang tercecer di Kota Malang mulai 1996. Arca-arca ini berumur 500 sampai 600 tahun. Pada 1997, ia merancang museum Malang 1.000 tahun. Gagal juga. Lalu, pada 1999 dan 2011, dijalin kerja sama dengan Pusat Perbelanjaan Sarinah. Sempat dibuat 18 ruang, tapi gagal lagi.

Atas seizin pemerintah daerah setempat selaku pemilik, pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang itu merenovasi sebuah rumah kuno seluas 1.000 meter persegi, yang lama terbengkalai, menjadi museum dengan 20 ruang pamer. Kegiatan renovasi dimulai Maret lalu.

Cara membuat keramik dan peleburan besi
Setiap ruang punya tema kesejarahan wilayah Malang. Ruang-ruang itu mencakup tema prasejarah, penggalian data arkeologi, Kerajaan Kanjuruhan, Mataram kuno, Kerajaan Singasari, pertapaan Ken Arok, Kerajaan Majapahit, dan benteng Malang (kini Rumah Sakit Umum Daerah dr Sjaiful Anwar). Juga ada lorong sejarah berisi foto-foto zaman dulu, galeri wali kota dan Bupati Malang, pendapa Kabupaten Malang, masa pendudukan Jepang, kongres Komite Nasional Indonesia Pusat di Gedung Rakjat (kini pusat perbelanjaan Sarinah) pada 25 Februari sampai 5 Maret 1947, Malang dibumihanguskan pejuang pada 8 Maret 1949, serta peresmian Alun-alun Tugu oleh Presiden Soekarno.

Ruangan tempat penyimpanan display rempah-rempah
Para pengunjung diperbolehkan berpose atau berfoto bersama barang-barang koleksi itu sehingga terkesan lebih ramah. Penataan yang lebih “gaul” dan “muda” menghilangkan kesan angker, yang biasanya melekat pada museum.

Tak hanya barang pajangan, museum juga dilengkapi tempat pemutaran film dokudrama tentang sejarah Malang di ruang kaleidoskop. Barang koleksi terlindung kaca, disusun atau diletakkan sesuai diorama perjalanan sejarah atau perjalanan waktu yang memudahkan semua pengunjung memahami sejarah Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu).

“Kami memang membangun museum sesuai urutan sejarah Malang dengan new concept modern lived museum,” kata Dwi. Konsep baru ini yang membedakan Museum MTD dengan museum pribadi lainnya. Ia berharap MTD bisa menjadi media pendidikan bagi generasi muda.

ABDI PURMONO


***

1 comments:

Anonymous said...

Malang memang mempesona.
MAU WISATA dan KELILING MALANG ? klik disini ->>
Wisata Kota Malang

Friday, January 22, 2016

Post a Comment