‘’Jauh dari Harapan’’
Jati Kusumo |
MALANG-Keberadaan Taman Krida Budaya Jatim (TKBJ) di Jalan Soekarno Hatta Kota Malang selama ini dinilai memang jauh dari harapan. Karena itu, keinginan Pemkot Malang mengelola TKBJ pun terus mendapat dukungan. Bahkan kini muncul kembali gagasan merevitalisasi fungsi TKBJ seperti yang pernah digagas antara tahun 1989 dan 1990 lalu.
Budayawan Djathi Kusumo adalah salah seorang tokoh yang mendukung pentingnya memaksimalkan keberadaan dan fungsi TKBJ. Ia sangat konsen pada hal ini karena yang pertama kali mengusulkan dibangunnya TKBJ dengan sejumlah konsep ideal.
Mantan anggota DPR RI ini menjelaskan, pada sekitar tahun 1989 dan tahun 1990 dirinya membuat proposal yang dikirim ke Pemprov Jatim dengan tembusan ke Pemkot Malang. Kala itu, Djathi juga merupakan anggota Kwartet S yang juga pegawai Departemen Penerangan dan memiliki Sanggar Kertanegara.
Dalam proposal itu, Djathi mengusulkan tentang pembangunan sebuah taman di Malang yang mirip Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta. “Konsep yang diusulkan yakni taman mininya Jawa Timur. Lalu isinya, pada setiap hari tertentu ada panggung terbuka yang menampilkna keseian daerah dari seluruh kabupaten di Jawa Timur secara bergantian sesuai jadwal,” paparnya.
Selain menjadi tempat apresiasi seni, lanjut dia, digagas pula stand atau tempat yang menampilkan kekayaan dan potensi daerah masing-masing di Jawa Timur. Pada setiap stand itu juga ditempati dan dikelola secara baik. Dengan begitu menjadi ‘Taman mini’-nya Jawa Timur.
Masih dalam proposal yang diusulkan Djathi, pengelolanya oleh suatu badan semi pemerintah. Dengan begitu, bisa dikembangkan dengan menggunakan anggaran APBD dan juga berinovasi menggandeng swasta.
Setelah mengirim proposal ke Pemprov Jatim dengan tembusan ke Pemkot Malang, Djathi tak kunjung mendapat jawaban. Namun tiba-tiba pada sekitar awal era 1990-an, dibangunlah TKBJ. “Konsep fisik pembangunan TKBJ seperti yang pernah kami usulkan,” jelas pria yang tetap enerjik di usia 66 tahun ini.
Tapi sayang, setelah dibangun ternyata pengelolaannya jauh dari harapan. “Daya guna bangunan dan visi misi tidak seperti yang diusulkan dan sangat jauh dari harapan. Saat ini kelihatan lebih digunakan sebagai tempat resepsi pernikahan dan pameran saja,” kata tokoh nasionalis ini.
Djathi yang juga dalang setuju jika kini TKBJ difungsikan lebih maksimal lagi. Stand masing-masing daerah di Jatim yang ada di TKBJ pun harus dibuka setiap hari dan menampilkan potesi dan seni budayanya masing-masing. “Dengan demikian, orang yang berkunjung ke TKBJ di Malang maka sudah bisa melihat Jawa Timur secara keseluruhan,” kata pengajar berbagai diklat ini.
Hanya saja pengelolaannya harus lebih professional dengan membentuk tim atau kepanitiaan tertentu. Tim inilah yang kemudian melakukan improvisasi untuk mengelola dan mengembangkan TKBJ.
“Perlu dibentuk semacam panitia yang diberi kewenangan oleh provinsi atau berupa panitia independen. Tugasnya yang susun program tahunan, dekati masing-masing pemerintah daerah di Jawa Timur untuk bisa tampil. Baik itu menampilkan kegiatan seni budaya, pameran lukisan, seni musik, seni suara dan seni teater,” pungkas Koordinator Perhimpunan Adat Praba Jagat Jawa ini. (van/nug)
Sumber: http://www.malang-post.com
0 comments:
Post a Comment